BIDANG BIMBINGAN BELAJAR




Cara Meningkatkan Konsentrasi


Dalam konsentrasi, kita mengumpulkan semua energi yang terpencar untuk fokus hanya kepada satu hal.Apabila kita benar – benar menguasainya, konsentrasi memiliki manfaat yang luar biasa terhadap hidup kita.Konsentrasi dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan ketenangan pikiran.Berikut adalah beberapa saran untuk meningkatkan konsentrasi.
Fokus
Konsentrasi berarti kita dapat memfokuskan pikiran kepada satu hal.Konsentrasi mencakup konsentrasi dalam tulisan dan menyelesaikan masalah.Apapun aktivitas kita, criteria yang paling penting adalah untuk fokus, konsentrasi dan atentif kepada aktifitas yang sedang berlangsung. Konsentrasi akan menjadi tidak berarti apabila kita diganggu oleh beberapa hal lain pada saat yang bersamaan. Untuk dapat berkonsentrasi, kita harus berhenti mencoba melakukan beberapa hal pada saat yang sama. Apabila Anda menulis suatu artikel, jangan memikirkan apa yang akan atasan Anda katakan kemudian. Apabila kita dapat fokus, kita akan bisa mendapatkan intensitas luar biasa yang akan membuat kita menyelesaikan tugas – tugas dengan lebih cepat.
Belajar Mengontrol Pikiran
Batu sandungan yang utama terhadap konsentrasi adalah gangguan yang tidak diinginkan yang muncul dalam pikiran kita. Gangguan ini akan menghalangi usaha kita untuk mencapai konsentrasi penuh. Solusi satu – satunya adalah belajar untuk mengontrol dan menenangkan pikiran kita.Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kita tidak memiliki pilihan untuk menerima ato menolak pikiran; jangan sampai kita merasa menjadi korban dari pikiran kita sendiri.Hal kedua adalah kita harus mengawasi pikiran kita secara sadar dan mencegah diri kita agar tidak terpengaruh gangguan apapun yang dapat mempengaruhi konsentrasi kita.Pada saat kita memulai suatu project, sangatlah mudah untuk bermimpi dan kehilangan fokus.Yang kita butuhkan adalah ketekunan untuk berkonsentrasi tanpa pikiran yang mengganggu. Apabila kita memiliki keinginan itu, konsentrasi akan menjadi lebih mudah.
Praktek
Konsentrasi adalah merupakan suatu aktivitas. Tentu saja, semakin kita praktekkan dan latih, akan semakin baik pula kemampuan konsentrasi kita. Kita tentunya tidak mengharapkan untuk bisa menjadi hebat tanpa pelatihan.Sama juga halnya dengan konsentrasi. Konsentrasi adalah seperti otot tubuh, semakin kita melatihnya, maka akan semakin kuat pula jadinya. Memang tidak ada latihan khusus yang spesifik untuk konsentrasi, namun hidup memberikan begitu banyak kesempatan bagi kita untuk melatih konsentrasi.Kuncinya adalah untuk selalu mengambil kesempatan untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi.
Meditasi
Meditasi, nyata dapat meningkatkan kekuatan konsentrasi.Sebenarnya pada saat kita mencoba untuk meditasi, hal penting yang harus pertama kita kuasai adalah konsentrasi.Meditasi setiap hari dapat memberikan kita kesempatan untuk melatih teknik konsentrasi.Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonsentrasikan pikiran kepada satu lilin atau hanya mengkonsentrasikan pernafasan.Latihan ini sangat sederhana, namun efektif.
Perubahan adalah Sama Baiknya Seperti Mendapatkan Istirahat
Konsentrasi terhadap satu hal untuk waktu yang lama sangatlah sulit. Apabila kita konsentrasi kepada satu tugas untuk satu jam, kita kemudian dapat melanjutkan hal lainnya. Perubahan aktivitas ini membuat kita mampu untuk menggunakan sifat – sifat lain. Oleh sebab itulah kita dapat mempertahankan kekuatan konsentrasi tanpa merasa lelah terhadap suatu aktvitas.
Perhatikan Kondisi Fisik
Kekuatan konsentrasi bergantung kepada kondisi fisik kita. Apabila kita merasa lelah atau kurang sehat, konsentrasi akan menjadi lebih sulit. Konsentrasi tentu saja masih dapat dilakukan, hanya saja akan menjadi lebih sulit. namun kita harus mencoba membuat hidup lebih mudah untuk diri kita sendiri; kita harus memberikan prioritas kepada kesehatan kita – cukup tidur, jaga tubuh agar tetap fit. Olahraga membantu kita untuk meningkatkan konsentrasi. Mengurangi berat badan, menjernihkan pikiran dan menciptakan dinamisme juga akan sangat membantu. Apabila Anda merasa sulit untuk berkonsentrasi, kami menyediakan solusinya; tubuh yang sehat dan olahraga dijamin akan membantu meningkatkan kekuatan konsentrasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

POLA 17 PLUS BIMBINGAN DAN KONSELING


POLA 17 PLUS BIMBINGAN DAN KONSELING

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP 15 MENGANUT POLA17 PLUS, TETAPI TERBUKA JUGA UNTUK POLA-POLA YANG LAIN SEBAGAI BAHAN REFERENSI.

POLA 17 PLUS MELIPUTI :
A. 4 BIDANG BIMBINGAN YAITU ;
  1. Pengembangan  aspek pribadi
  2. pengembangan aspek sosial
  3. pengembangan aspek belajar
  4. pengembangan perencanaan karier
B. 9 JENIS LAYANAN
  1. Layanan orientasi
  2. Layanan Informasi
  3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
  4. Layanan Penguasaan Kontent
  5. Layanan Konseling Perorangan
  6. Layanan Bimbingan Kelompok
  7. Layanan Konseling Kelompok
  8. Layanan Konsultasi
  9. Layanan Mediasi
C. 6 KEGIATAN PENDUKUNG
  1. Aplikasi instrumentasi
  2. Himpunan Data
  3. konferensi kasus
  4. Kunjungan Rumah
  5. Tampilan Kepustakaan
  6. Alih Tangan Kasus

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments1

Pengembangan Kompetensi Pribadi-Sosial

Pengembangan Kompetensi Pribadi-Sosial



Pengembangan Kompetensi Pribadi-Sosial
Hubungan intrapersonal dan interpersonal merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan dalam perilaku individu, bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kesuksesan hidup individu.
Dewasa ini kedua variabel tersebut direpresentasikan oleh suatu konsep yang sangat popular, yaitu Emotional Intelligence (Coleman, 1996), yang menyatakan bahwa emotional intelligence is the single most important factor for personal adjustment, success in relationship, and in job performance. Dengan demikian intelegensi emosional, tidak hanya menyangkut persoalan yang terkait dengan aspek intrapersonal (pribadi) melainkan juga aspek interpersonal (sosial). Keduanya saling bersinggungan secara fungsional dalam wujud perilaku individu sehari-hari. Walaupun sebenarnya secara konseptual dan konstruk keduanya tidak sepenuhnya sama.
Tugas-tugas perkembangan pribadi-sosial yang ingin dicapai melalui proses bantuan bimbingan dan konseling antara lain: (1) memiliki kesadaran diri (2) mengembangkan sikap positif (3) membuat pilihan secara sehat (4) menghargai orang lain (5) memiliki rasa tanggung jawab (6) mengembangkan kompetensi hubungan interpersonal (7) menyelesaikan konflik (8) dapat membuat keputusan secara baik (Depdikbud,1994).
Upaya bimbingan konseling pribadi-sosial yang dilakukan adalah memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan dirinya melalui pemahaman dan pengembangan seluruh potensi diri serta kompetensi-kompetensi pribadi-sosial yang dimiliki, sehingga individu memperoleh keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi pribadi (intrapersonal) maupun antar pribadi (interpersonal).
Pada hakekatnya kompetensi pribadi-sosial banyak dirumuskan secara berbeda, intrapersonal dan interpersonal (Gardner, 1993 dalam Rohmat Wahab; 2003), self-knowledge dan interpersonal skills (Gysbers, 1975 dalam Rohmat Wahab; 2003), dan atau personal and social skills (Myrick, 1993 dalam Rohmat Wahab; 2003). Ketiga rumusan tersebut pada hakekatnya memiliki maksud dan pengertian yang relatif sama, yaitu menggambarkan antara kompetensi pribadi-sosial yang terkait dengan orang lain atau lingkungannya yang didasari dengan adanya komitmen transcendetal, yaitu dengan pencipta-NYA. Kedua relasi intra dan inter pribadi-sosial merupakan suatu kesatuan yang secara fungsional sulit dipisahkan, sehingga kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna, manakala disatukan (Rohmat Wahab, 2003).
Seiring dengan konsep tersebut, islam menjelaskan bagaimana seharusnya pola atau proses hubungan antar pribadi dalam masyarakat luas, yakni pola atau proses hubungan yang dapat menimbulkan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi seluruh individu yang terlibat, Islam mengonsepkan bahwa kehidupan itu harus berlandaskan:
1. Kebermanfaatan; artinya hubungan antar pribadi dalam kehidupan kemasyarakatan itu hendaknya memberikan kemanfaatan, bukan kemudharatan, bagi semua pihak, baik yang terlibat secra langsung maupun tidak langsung dalam proses hubungan tersebut. Ini tercermin dari firman Allah sebagai berikut:
وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
…dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Baqoroh, 2: 195)
2. Kasih sayang; artinya dalam melakukan hubungan kemasyarakatan dengan individu lain dilakukan dengan penuh kasih sayang, saling menghargai dan menghormati. Hal ini tercermin dalam dalil-dalil naqli sebagai berikut:
“Tiadalah seorang beriman sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. (H.R. Bukhari dan Muslim).”
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Q.S. Al-A’raf,7 : 199)
3. Saling menghargai dan menghormati; artinya menghargai dan menghormati orang (individu) lain secara wajar. Dalil yang menunjuk kepada kewajiban serupa ini antara lain adalah:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berlaku baik terhadap tetangga, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik atau diam saja (H.R. Muslim).
4. Menumbuhkan rasa aman pada individu lain; artinya keberadaan seseorang individu menjadikan orang lain merasa tentram, bukan sebaliknya, tentram dalam arti lahriah maupun bathiniah.
“Demi Allah tidak beriman 3x Orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan (H.R. Bukhari).
5. Kerja sama konstruktif; artinya setiap individu berusaha membantu individu lain untuk saling meninggikan derajat kemanusiannya masing-masing. Hal ini tercermin dalam dalil sebagai berikut:
…وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah, 5 : 2)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S Al-Hujurat, 49: 10)
6. Toleransi; artinya terhadap orang yang berlainan agama dikembangkan sikap saling menghargai, seperti tertera dalam dalil berikut:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah: “Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Q.S. Al-Imran,3 : 64)
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١)لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢)وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣)وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤)وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥)لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
1. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (Q.S. Al-Kafiruun, 109: 1-6)
7. Keadilan; artinya setiap orang menghargai hak orang lain dan berkewajiban memberikan apa yang menjadi hak orang lain itu tanpa mengorbankan apa yang menjadi haknya.
”Bagi dirimu ada hak yang harus kau penuhi, bagi istrimu ada hak yang harus engkau penuhi. (H.R. Bukhari)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Masalah Pribadi dan Sosial dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling secara umum (dalam pola 17) memecah bidang layanan bimbingan dan konseling Pribadi dengan Bimbingan dan Konseling Sosial. Dalam perspektif Bimbingan dan Konseling, masalah sosial dibedakan dengan masalah pribadi melalui pemisahan layanan ini. Akan tetapi dalam perspektif psikologi masalah pribadi dan masalah sosial pada dasarnya sama, tidak terpisahkan dan sulit dibedakan.
Sebagai mahasiswa calon konselor kita harus lebih memahami perbedaan diantara keduanya di dalam layanan Bimbingan dan Konseling serta membedakannya dari sekedar menyangkut permasalahan-permasalahan berkenaan pribadi dan sosial (pemahaman sempit). Apabila ditinjau dari sudut padang masalahnya, masalah sosial berimpitan dengan masalah pribadi. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Masalah sosial yang dimaksud adalah masalah sosial yang menyangkut diri klien (kajian ilmu Bimbingan dan Konseling), bukan masalah sosial kemasyarakatan (kajian ilmu sosiologi. Masalah sosial yang dimaksud di dalam kajian ilmu Sosiologi adalah masalah-masalah sosial yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat dan obyeknya adalah masyarakat, seperti pengangguran, kriminalitas, kemiskinan, perbedaan strata ekonomi dan sosial dalam masyarakat. Sementara dalam Bimbingan dan Konseling, obyek masalah sosial adalah individu manusia dalam hubungannya dengan individu lain.
2. Masalah sosial konseli bersumber dari Masalah pribadi konseli.
Jika dipahami bahwa masalah sosial berkenaan dengan individu. Maka, lahirnya masalah sosial dalam individu pada dasarnya merupakan efek atau pengaruh dari masalah pribadi yang terjadi dalam diri individu tersebut. Misalnya, konseli yang mengalami masalah pribadi disebabkan orang tuanya dirumah tidak harmonis, konseli tersebut menampakkan gejala-gejala perilaku pendiam dan murung saat di sekolah dan ketika bergaul dengan teman-teman. Gejala itu kemudian menahun dan menjadi sebuah masalah sosial yaitu mengucilkan diri dari pergaulan dengan teman-temannya. Dapat dilihat disini bahwa sumber utama masalah sosial yang dialami individu adalah masalah pribadi.
3. Rekonstruksi hubungan sosial melalui layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok sebagai upaya perbaikan hubungan sosial konseli adalah perbaikan diri pribadi konseli bukan perbaikan hubungan sosial yang dialami konseli dengan lingkungan sosial. Sehingga, di dalam Bimbingan dan Konseling kelompok konseli bisa bersama dengan anggota kelompok lain yang tidak memiliki hubungan masalah sosial dengan klien bahkan bisa tidak saling mengenal sebelumnya. Pemecahan masalah dalam konseling kelompok lebih ditekankan pada dinamika kelompoknya, yang membuat konseli merasa aman dan percaya pada kelompok agar dalam kehidupan nyata konseli benar-benar dapat membaur pada kelompok yang lebih luas. Dorongan, motivasi dan pemecahan masalah pada konseling kelompok lebih terasa bagi konseli karena persamaan nasib para anggota kelompok yang lain. Dan juga, permasalahan yang dibahas pada konseling kelompok adalah masalah yang lebih bersifat pribadi. Sementara perbaikan hubungan konseli dengan lingkungan sosial konseli adalah atas kehendak konseli sendiri akibat dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Apabila kita kaji lebih dalam. Menurut Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. Ahmad Juntika Nurihsan (2008) disebutkan bahwa bidang layanan Bimbingan dan Konseling pribadi merupakan layanan yang diberikan agar konseli dapat mengembangkan:
1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang maha Esa
2. Perolehan sistem nilai
3. Kemandirian emosional
4. Pengembangan keterampilan intelektual
5. Menerima diri dan mengembangkannya secara efektif
Sementara bidang layanan Bimbingan dan Konseling sosial merupakan layanan yang diberikan agar konseli dapat mengembangkan :
1. Perilaku sosial yang bertanggung jawab
2. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
3. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
Di dalam poin-poin diatas, jelas sekali bahwa obyek dari layanan tersebut adalah diri pribadi konseli. Pada layanan pribadi, konseli lebih diarahkan pada pengembangan kediriannya sebagai makhluk individual. Sementara pada layanan sosial, konseli dikembangkan kediriannya dan hubungan interaktifnya dengan lingkungan sosialnya sebagai makluk sosial. Sehingga bukan pada persoalan permasalahannya (apakah termasuk masalah pribadi-atau masalah sosial).
Dengan demikian, pada layanan bimbingan dan konseling sosial, konselor dan konseli lebih dihadapkan pada cara untuk mengembangkan diri konseli menjadi manusia seutuhnya. Baik secara konseling perseorangan (individual) maupun secara kelompok. Konseli lebih dibekali seperangkat cara (metode) untuk memecahkan permasalahannya sendiri ketimbang mencari pemecahan atas masalah konseli. Hal ini yang membedakan layanan pribadi dengan layanan sosial.
Setidaknya ada 4 bagaimana (cara), yang merupakan bahasan dari layanan bimbingan dan konseling sosial antara lain:
1. Bagaimana konseli dapat menempatkan diri dalam lingkungan sosial. Individu sebagai makhluk sosial, sehingga konseli ditumbuhkan pemahamannya mengenai hakekat kemanusiaannya.
2. Bagaimana konseli bersikap baik dan semestinya terhadap lingkungan sosial menurut standar moral, hukum dan agama yang berlaku setempat. Misalnya sopan santun, tata krama, rasa menghormati dan menghargai orang lain.
3. Bagaimana mendidik perilaku konseli yang tidak normative menjadi lebih normatif.
4. Bagaimana agar konseli dapat belajar dari lingkungan sosialnya, yang baik diambil, yang jelek dibuang.
5.Bagaimana membuat konseli dapat memahami perbedaan lingkungan sosial budaya, mengenal perbedaan lingkungan budaya yang multikultural dan dapat menyesuaikan diri baik dalam lingkungan yang berbeda maupun dnegan orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda dengan dirinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Konsep Bimbingan Karier

Konsep Bimbingan Karier

Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya : (1) keadaan ekonomi; (2) keadaan sosial, seperti urbanisasi; (3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan (4) perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh negara (Crites, 1981 dalam Bahrul Falah, 1987).

Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan.
Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hattari (1983) menyebutkan bahwa istilah bimbingan karier mengandung konsep yang lebih luas. Bimbingan jabatan menekankan pada keputusan yang menentukan pekerjaan tertentu sedangkan bimbingan karier menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat.
Perubahan istilah dari bimbingan jabatan (vocational guidance) ke bimbingan karier mengandung konsekuensi terhadap peran dan tugas konselor dalam memberikan layanan bimbingan terhadap para siswanya. Peran dan tugas konselor tidak hanya sekedar membimbing siswa dalam menentukan pilihan-pilihan kariernya, tetapi dituntut pula untuk membimbing siswa agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karier dan penetapan karier pada kehidupan masa mendatang. Dalam perkembangannya, sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dewasa ini, bimbingan karier merupakan salah satu bidang bimbingan yang telah berhasil mempelopori pemanfaatan teknologi informasi, dalam bentuk cyber counseling.
Sementara itu, dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karier sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di SMA pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam Kurikulum 1994, bimbingan karier ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.
Sampai dengan sekarang bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan. Dalam konsteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karier sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional (vocational skill), yang merupakan salah jenis kecakapan dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Terkait dengan penjabaran kompetensi dan materi layanan bimbingan dan konseling di SMTA, bidang bimbingan karier diarahkan untuk :
1.       Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
2.      Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang hendak dikembangkan pada khususnya.
3.      Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4.      Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMTA.
5.      Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. (Muslihudin, dkk, 2004)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments2